AL FURQONKU…AL FURQONMU…AL FURQON KITA
Pagi yang cerah, tetes embun semalam masih jelas terlihat di dedaunan. Sinar matahari pun menyambut hangat anak-anak yang mulai berdatangan memasuki gerbang SDIT Al Furqon.
“Tet….Tet…” Suara klakson mobil terdengar saling mendahului. Sebuah tangan bocah laki-laki melambai ke arah bunda yang baru memasuki gerbang SDIT Al Furqon. Gerak mobil diperlambat.
“Assalamu’alaikum, Bun ?” Salam itu dibalas bunda dengan senyum. Ternyata, si bocah laki-laki adalah Abim, siswa kelasnya.
Ketika sampai di depan kelasnya….
(Tuk…brak…, terdengar suara pintu mobil ditutup dengan keras). Terlihat si Abim keluar dari mobil Kijang Avanza hitam setelah menyalami papanya. Abim langsung menuju halaman SDIT Al Furqon. Bola kaki yang dibawanya kini ia keluarkan dari kantongnya.
“Tap…tap….tap…”, langkah kaki Abim terdengar oleh Aziz, Ve, Dicky, Ridho, Yoga, Emir, Eva, Edo, Fahmi, Nauval, dan anak-anak yang sedang bermain di lapangan. Semua, semula anak-anak yang sedang bermain di lapangan langsung menoleh ke arah Abim.
“Ring…Ring…”, bunyi bel masuk mengalihkan pandangan mereka dari Abim dan Ridho berlari menuju kelasnya sambil berkata, “Istirahat nanti aja Bim mainnya, ya….”, semua yang bermain langsung bubar, meninggalkan Ar Royan dan halaman sekolah.
Di suatu hari di sebuah kelas……
Setiap anak berbaris, yang ikhwan di sebelah kanan dan yang akhwat di sebelah kiri. Teratur dan tertib. Bunda dan ustad mulai menjalankan apel pagi.
“Coba, sekarang baca ta’awudz dan besmallah beserta artinya.” (Terdengar suara anak-anak ramai, kadag teratur dan kadang tidak).
“Sekarang baca surat Al Infithar”. Bibir-bibir mungil itu terur terbuka-tertutup melapaskan surat-surat pendek.
“ kita nyanyikan profesi dalam Bahasa Arab ya. Wahid, isnani, tsalatsa.” Dengan gaya yang sesuai dengan profesi-profesi yang disebutkan, si anak bernyanyi. Ketika si Abim dan teman-temannya bernyanyi, si Daffi dating. Dengan mata yang setenganh terbuka dan posisi tubuh yang gontai, ia menyalami bunda dan ustad lalu masuk ke barisan belakang.. Nyanyian tetap berlanjut (lagu mengenal buah-buahan dalam Bahasa Inggris dan tak lupa Mars Al Furqon pun ikut dikumandangkan). Ketika syairnya habis….
“Bunda dan ustad akan memilih yang paling tertib untuk masuk kelas duluan.” Suasana hening sebentar.
“Yang akhwat boleh masuk.” Pemeriksaan kuku dari tiap siswa seakan menjadi rutinitas. Para ikhwan pun akhirnya diperbolehkan masuk kelas. Tinggallah Daffi sendirian.
“ Mengapa bisa terlambat, Fi ? Nonton bola ya semalam ?” Pertanyaan bunda tidak harus dijawab.
“ Daffi, baca Surat At Takatsur sebanyak 2x.” Dengan lantang si Daffi membacanya.
“ Sudah, Bun,” kata Daffi.
“ Alhamdulillah. Besok jangan telat lagi ya. Sekarang Daffi boleh masuk kelas.”
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, bunda dan ustad meminta anak-anak untuk berdoa. Semua tangan anak diangkat ke atas dan ternyata Fatur tidak mengikuti perintah bunda dan ustad. Bunda dan ustad mendiamkan tingkah laku Fatur yang mulai menjahili akhwat yang berdoa. Bunda ternsenyum tetapi terlihat sedikit mendelik. Ketika selesai berdoa….
“ Fatur, istighfar 200x.” Bunda pun mulai mengajar Bahasa Indonesia, materinya adalah tentang dongeng. Si ustad mulai mendongeng, yaitu kisah tentang Kancil dan Kura-Kura (Ceritakan sedikit tentang kisah itu). Semua mata anak tertuju ke arah papan tulis yang telah digambar oleh ustad. Hening…..
“ Jadi, yang menang si kura-kura ya ustad,” tanya Agie. Ustad hanya menjawab dengan anggukan kepala saja lalu menerangkan…..
“ Nah, makanya jangan sombong. Mau nggak jadi seperti si kancil ?” Jawaban ‘tidak’ dari anak-anak mengakhiri dongeng hari itu.
“Sekarang, ambil buku tulis dan buatlah satu buah dongeng apa saja”. Semua anak mulai mengambil buku tulisnya dan mulai menulis sebuah dongeng di dalamnya. Ketika ustad memeriksa tulisan anak….
“ Nauval, ceritanya bikin sendiri ya,” jawabnya sengit dan matanya menatap ke arah ustad menunjukkan ketidaksukaannya. Sebuah potensi besar yang siap dikembangkan.
Bel istirahat pertama berbunyi….
Semua anak berlarian menuju kamar mandi dan segera mencuci tangan karena di tangan bunda sudah ada sebuah nampan berisi snack. Setelah mencuci tangan, setiap anak mengambil snack, satu per satu dan langsung duduk ke kursi masing-masing untuk memakan snacknya (terlihat anak-anak sedang menyantap snack dengan asyiknya).
“Kenapa nggak makan, nggak suka snacknya ya ? Tanya bunda kepada Dinda yang ternyata snack hari itu adalah empek-empek. Sebagai gantinya, Dinda sudah menyiapkan bekal mie goreng plus ayam. Sangkin buru-burunya, ada beberapa anak yang tidak makan snack dan malah langsung menuju ke lapangan untuk bermain.
“ Bim ayo kita main bola,”ajak Ridho dan ternyata teman-teman yang lain juga ingin ikut (terdengar suara koor, ‘akut ikut ya’ dari anak laki-laki yang lain). Belum juga keringat Abim membasahi pakaian sekolahnya…bel kembali berbunyi. Semua anak bergegas menuju kelasnya. Ada gurat tak puas dari wajah-wajah mereka.
“ Bun, ini kan baru istirahat, “sangah Edo yang tak percaya kalau waktu istirahat telah usai.
“ Kalau main tak pernah ada habisnya, tapi kalau disuruh belajar koq susah sekali, kenapa ya ?” Bunda berkomentar menanggapi gerutuan Edo.
Kegiatan belajat mengajar pun dilanjutkan kembali, kali ini adalah pelajaran Sains, yaitu tentang membuat pelangi. Semua anak hilir mudik ingin segera mengadakan percobaan. Semua ingin mendapat giliran pertama padahal bunda sudah membagi mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Kelas menjadi ramai (terdengar suara riuh suara anak-anak). Bunda dan ustad diam di depan kelas me;ihat tingkah anak-anak. Akhirnya mereka sadar bahwa bunda sedang memperhatikan mereka. Tak terasa waktu makan siang telah tiba….
Anak-anak berbaris di depan kelas dan bersiap menerima sabun tangan dari bunda. Satu per satu, setelah menerima sabun tangan itu…anak-anak menuju kamar mandi dan membersihkan tanga mereka. Di suatu suasana makan siang….
“Kenapa, sayurnya nggak dimakan, nggak suka ya ?”
“ Kalau dipotong-potong, Afin nggak suka,” terlihat sayuran hijau di dalam box makanan tak disentuhnya sama sekali.
Adzan berkumandang… Segera mereka merapikan box makan masing-masing dan meletakkannya di samping meja bunda (terdengar bunyi plastik-plastik yang ditumpuk secara bersamaan).
Semua anak bergegas mengambil air wudhu. Tak lupa mereka menjawab adzan dan berdoa setelah adzan berkumandang. Sagra pun diminta ustad untuk mejadi imam. Suara iamam dan makmum terdengar bersamaan bahkan suara makmum lebih keras dibandingkan imam. Ternyata…saat semua anak sholat, Ami dan Aziz bermain, tertawa…ustad hanya mendelikkan mata.
“ Ami, Aziz, nanti sholat lagi sendirian di sebelah sana. Sholat itu nggak boleh main-main,” ustad menunjuk sajadah yang berada paling depan. Beberapa anak terlihat sibuk merapikan ambal, mereka bergotong royong dan……
“ Kita sambung lagi main bolanya ya, Bim ?” Ajak Evan dan Abim pun segera mengambil bola dan berlari menuju lapangan. Semua anak senang, wajah mereka merekahkan sebuah senyum manis dari sudut-sudut bibir mungilnya.
Bel kembali berbunyi.
“ Hugh…hugh…., desah nafas Abim sangat jelas terdengar ketika memasuki kelas. Ia mengambil minum lalu kembali ke kursinya. Selanjutnya…..
Pelajaran Bahasa Arab, yaitu tentang anggota tubuh. Belajar sambil bernyanyi. Kelas kembali ramai dengan suara nyanyian.
“ Sebentar lagi kita pulang, sekarang rapikan buku-buku yang ada di atas meja. Yang tertib boleh pulang duluan (terdengar gemuruh suara gesekan meja dan kursi, kursi dan lantai menandakan bel pulang sebentar lagi akan berbunyi).
“ Lomba tertib,” ajak bunda. Semua tangan anak telah terlipat di atas meja dan mulut mereka terlihat terpaksa ditutup karena ingin pulang duluan.
“ Kelompok Abim boleh pulang,” kata bunda.
“ Alhamdulillah,” ucap Abim dan teman-teman sambil tak lupa menyalami tangan bunda dan ustad, tepat di antara hidung dan mulut.
“ Ya, semua boleh pulang,” serentak anak-anak menyalami bunda dan ustad lalu berlari ke mobil jemputan masing-masing dengan tak lupa mengucapkan salam kepada bunda dan ustad. Suasana kelas menjadi hening dan hening…..
19 JUNI 2006
SELESAI
Pagi yang cerah, tetes embun semalam masih jelas terlihat di dedaunan. Sinar matahari pun menyambut hangat anak-anak yang mulai berdatangan memasuki gerbang SDIT Al Furqon.
“Tet….Tet…” Suara klakson mobil terdengar saling mendahului. Sebuah tangan bocah laki-laki melambai ke arah bunda yang baru memasuki gerbang SDIT Al Furqon. Gerak mobil diperlambat.
“Assalamu’alaikum, Bun ?” Salam itu dibalas bunda dengan senyum. Ternyata, si bocah laki-laki adalah Abim, siswa kelasnya.
Ketika sampai di depan kelasnya….
(Tuk…brak…, terdengar suara pintu mobil ditutup dengan keras). Terlihat si Abim keluar dari mobil Kijang Avanza hitam setelah menyalami papanya. Abim langsung menuju halaman SDIT Al Furqon. Bola kaki yang dibawanya kini ia keluarkan dari kantongnya.
“Tap…tap….tap…”, langkah kaki Abim terdengar oleh Aziz, Ve, Dicky, Ridho, Yoga, Emir, Eva, Edo, Fahmi, Nauval, dan anak-anak yang sedang bermain di lapangan. Semua, semula anak-anak yang sedang bermain di lapangan langsung menoleh ke arah Abim.
“Ring…Ring…”, bunyi bel masuk mengalihkan pandangan mereka dari Abim dan Ridho berlari menuju kelasnya sambil berkata, “Istirahat nanti aja Bim mainnya, ya….”, semua yang bermain langsung bubar, meninggalkan Ar Royan dan halaman sekolah.
Di suatu hari di sebuah kelas……
Setiap anak berbaris, yang ikhwan di sebelah kanan dan yang akhwat di sebelah kiri. Teratur dan tertib. Bunda dan ustad mulai menjalankan apel pagi.
“Coba, sekarang baca ta’awudz dan besmallah beserta artinya.” (Terdengar suara anak-anak ramai, kadag teratur dan kadang tidak).
“Sekarang baca surat Al Infithar”. Bibir-bibir mungil itu terur terbuka-tertutup melapaskan surat-surat pendek.
“ kita nyanyikan profesi dalam Bahasa Arab ya. Wahid, isnani, tsalatsa.” Dengan gaya yang sesuai dengan profesi-profesi yang disebutkan, si anak bernyanyi. Ketika si Abim dan teman-temannya bernyanyi, si Daffi dating. Dengan mata yang setenganh terbuka dan posisi tubuh yang gontai, ia menyalami bunda dan ustad lalu masuk ke barisan belakang.. Nyanyian tetap berlanjut (lagu mengenal buah-buahan dalam Bahasa Inggris dan tak lupa Mars Al Furqon pun ikut dikumandangkan). Ketika syairnya habis….
“Bunda dan ustad akan memilih yang paling tertib untuk masuk kelas duluan.” Suasana hening sebentar.
“Yang akhwat boleh masuk.” Pemeriksaan kuku dari tiap siswa seakan menjadi rutinitas. Para ikhwan pun akhirnya diperbolehkan masuk kelas. Tinggallah Daffi sendirian.
“ Mengapa bisa terlambat, Fi ? Nonton bola ya semalam ?” Pertanyaan bunda tidak harus dijawab.
“ Daffi, baca Surat At Takatsur sebanyak 2x.” Dengan lantang si Daffi membacanya.
“ Sudah, Bun,” kata Daffi.
“ Alhamdulillah. Besok jangan telat lagi ya. Sekarang Daffi boleh masuk kelas.”
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, bunda dan ustad meminta anak-anak untuk berdoa. Semua tangan anak diangkat ke atas dan ternyata Fatur tidak mengikuti perintah bunda dan ustad. Bunda dan ustad mendiamkan tingkah laku Fatur yang mulai menjahili akhwat yang berdoa. Bunda ternsenyum tetapi terlihat sedikit mendelik. Ketika selesai berdoa….
“ Fatur, istighfar 200x.” Bunda pun mulai mengajar Bahasa Indonesia, materinya adalah tentang dongeng. Si ustad mulai mendongeng, yaitu kisah tentang Kancil dan Kura-Kura (Ceritakan sedikit tentang kisah itu). Semua mata anak tertuju ke arah papan tulis yang telah digambar oleh ustad. Hening…..
“ Jadi, yang menang si kura-kura ya ustad,” tanya Agie. Ustad hanya menjawab dengan anggukan kepala saja lalu menerangkan…..
“ Nah, makanya jangan sombong. Mau nggak jadi seperti si kancil ?” Jawaban ‘tidak’ dari anak-anak mengakhiri dongeng hari itu.
“Sekarang, ambil buku tulis dan buatlah satu buah dongeng apa saja”. Semua anak mulai mengambil buku tulisnya dan mulai menulis sebuah dongeng di dalamnya. Ketika ustad memeriksa tulisan anak….
“ Nauval, ceritanya bikin sendiri ya,” jawabnya sengit dan matanya menatap ke arah ustad menunjukkan ketidaksukaannya. Sebuah potensi besar yang siap dikembangkan.
Bel istirahat pertama berbunyi….
Semua anak berlarian menuju kamar mandi dan segera mencuci tangan karena di tangan bunda sudah ada sebuah nampan berisi snack. Setelah mencuci tangan, setiap anak mengambil snack, satu per satu dan langsung duduk ke kursi masing-masing untuk memakan snacknya (terlihat anak-anak sedang menyantap snack dengan asyiknya).
“Kenapa nggak makan, nggak suka snacknya ya ? Tanya bunda kepada Dinda yang ternyata snack hari itu adalah empek-empek. Sebagai gantinya, Dinda sudah menyiapkan bekal mie goreng plus ayam. Sangkin buru-burunya, ada beberapa anak yang tidak makan snack dan malah langsung menuju ke lapangan untuk bermain.
“ Bim ayo kita main bola,”ajak Ridho dan ternyata teman-teman yang lain juga ingin ikut (terdengar suara koor, ‘akut ikut ya’ dari anak laki-laki yang lain). Belum juga keringat Abim membasahi pakaian sekolahnya…bel kembali berbunyi. Semua anak bergegas menuju kelasnya. Ada gurat tak puas dari wajah-wajah mereka.
“ Bun, ini kan baru istirahat, “sangah Edo yang tak percaya kalau waktu istirahat telah usai.
“ Kalau main tak pernah ada habisnya, tapi kalau disuruh belajar koq susah sekali, kenapa ya ?” Bunda berkomentar menanggapi gerutuan Edo.
Kegiatan belajat mengajar pun dilanjutkan kembali, kali ini adalah pelajaran Sains, yaitu tentang membuat pelangi. Semua anak hilir mudik ingin segera mengadakan percobaan. Semua ingin mendapat giliran pertama padahal bunda sudah membagi mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Kelas menjadi ramai (terdengar suara riuh suara anak-anak). Bunda dan ustad diam di depan kelas me;ihat tingkah anak-anak. Akhirnya mereka sadar bahwa bunda sedang memperhatikan mereka. Tak terasa waktu makan siang telah tiba….
Anak-anak berbaris di depan kelas dan bersiap menerima sabun tangan dari bunda. Satu per satu, setelah menerima sabun tangan itu…anak-anak menuju kamar mandi dan membersihkan tanga mereka. Di suatu suasana makan siang….
“Kenapa, sayurnya nggak dimakan, nggak suka ya ?”
“ Kalau dipotong-potong, Afin nggak suka,” terlihat sayuran hijau di dalam box makanan tak disentuhnya sama sekali.
Adzan berkumandang… Segera mereka merapikan box makan masing-masing dan meletakkannya di samping meja bunda (terdengar bunyi plastik-plastik yang ditumpuk secara bersamaan).
Semua anak bergegas mengambil air wudhu. Tak lupa mereka menjawab adzan dan berdoa setelah adzan berkumandang. Sagra pun diminta ustad untuk mejadi imam. Suara iamam dan makmum terdengar bersamaan bahkan suara makmum lebih keras dibandingkan imam. Ternyata…saat semua anak sholat, Ami dan Aziz bermain, tertawa…ustad hanya mendelikkan mata.
“ Ami, Aziz, nanti sholat lagi sendirian di sebelah sana. Sholat itu nggak boleh main-main,” ustad menunjuk sajadah yang berada paling depan. Beberapa anak terlihat sibuk merapikan ambal, mereka bergotong royong dan……
“ Kita sambung lagi main bolanya ya, Bim ?” Ajak Evan dan Abim pun segera mengambil bola dan berlari menuju lapangan. Semua anak senang, wajah mereka merekahkan sebuah senyum manis dari sudut-sudut bibir mungilnya.
Bel kembali berbunyi.
“ Hugh…hugh…., desah nafas Abim sangat jelas terdengar ketika memasuki kelas. Ia mengambil minum lalu kembali ke kursinya. Selanjutnya…..
Pelajaran Bahasa Arab, yaitu tentang anggota tubuh. Belajar sambil bernyanyi. Kelas kembali ramai dengan suara nyanyian.
“ Sebentar lagi kita pulang, sekarang rapikan buku-buku yang ada di atas meja. Yang tertib boleh pulang duluan (terdengar gemuruh suara gesekan meja dan kursi, kursi dan lantai menandakan bel pulang sebentar lagi akan berbunyi).
“ Lomba tertib,” ajak bunda. Semua tangan anak telah terlipat di atas meja dan mulut mereka terlihat terpaksa ditutup karena ingin pulang duluan.
“ Kelompok Abim boleh pulang,” kata bunda.
“ Alhamdulillah,” ucap Abim dan teman-teman sambil tak lupa menyalami tangan bunda dan ustad, tepat di antara hidung dan mulut.
“ Ya, semua boleh pulang,” serentak anak-anak menyalami bunda dan ustad lalu berlari ke mobil jemputan masing-masing dengan tak lupa mengucapkan salam kepada bunda dan ustad. Suasana kelas menjadi hening dan hening…..
19 JUNI 2006
SELESAI
0 Comments:
Post a Comment
<< Home